Hukum bermakmum pada imam yang berbeda mazhab

Hukum bermakmum pada imam yang berbeda mazhab

Hukum bermakmum pada imam yang berbeda mazhab

Berjamaah adalah salah satu sunat muaakad  yg tentu banyak manfaat dan ke unggulannya dari pada di lakukan dengan shalat sendiri.

Sholat adalah salah satu pondasi, yang menjadi barometer ibadah,tanpa sholat ibadah yang lainya dikatakan tidak ada nilainya dan tidak pula ada harganya.

Bagaimana kalau kita bermakmum pada imam Yang madzhabnya berbeda dengan kita,Semisal kita Yang Bermadzhab Syafi'i Yang memakai qunut dalam sholat Subuh,sedangkan imamnya Bermadzhab Hanafi Yang tidak memakai qunut.

Lalu Apakah Sholat Kita Sah Mengingat Sang Imam Berbeda Madzhab dengan Kita?

Dalam hal sah tdk nya ma'mun yg berbeda madhab dgn imam. para ulama berbeda pendpt dan merinci, dengan beberapa perincian terkait perbedaan madhab antra imam yg empat.

Namun scara global hukum jemaah nya sah, namun makruh. tapi tidak mengurangi fadilah jemaahnya sebagaimna yg d jelaskan dalam kitab syamsul muniroh juz 1 h 342-343

 Ketika terjadi perbedaan madzhab antara Imam dan makmum, sedangkan imam melakukan hal-hal yang menurut keyakinan makmum bisa membatalkan shalat, maka hukum berjamaah dengan imam tersebut diperinci sebagai berikut :

1. Jika perbedaannya pada furu’ ijtihadiyyah yaitu hasil istimbath para imam. Misal, imam bermadzhab Maliki dimana tidak membaca Basmalah dalam Fatihahnya sedangkan makmumnya bermadzhab Syafi’i yang menyatakan basmalah wajib dalam Fatihah, atau tidak meyakini kewajiban tertib dalam wudhu’nya sedangkan makmumnya bermadzhab Syafi’i yang mewajibkan untuk tertib, dan misal-misal lain sekiranya sah menurut pandangan Imam namun batal menurut pandangan makmum atau sebaliknya, maka terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama’ sebagai berikut :

  • Menurut pendapat Imam Qoffal memandang pada keyakinan Imam, sehingga apabila menurut keyakinannya (dalam madzhab imam) sah maka sah juga bagi makmum untuk bermakmum dengannya secara mutlak.
  • Menurut pendapat Abu Ishaq al-Isfiroyini tidak sah secara mutlak.
  • Jika Imam melakukan persyaratan kesahannya shalat menurut keyakinan makmum, maka sah, tapi jika meninggalkannya, maka tidak sah.
  • Menurut pendapat Imam Abu Ishaq al-Mirwazi, Abu Hamid, Al-Bandaniji, Qadhi Abu Thayyib dan dan mayoritas ulama’ sekaligus sebagai pendapat yang paling kuat dari pendapat-pendapat sebelumnya mendasarkan pada keyakinan makmum. Apabila makmum mengetahui secara pasti bahwa imamnya melakukan sesuatu yang berakibat tidak sahnya shalat imam, maka tidak sah. Namun jika mengetahui bahwa imam telah sesuai dengan persyaratan sahnya shalat dalam keyakinan makmum atau meragukannya, maka tetap sah.

2. Jika perbedaannya bukan furu’ ijtihadiyyah melainkan pada perkara lainnya seperti perbedaan antara imam dan makmum dalam penentuan arah kiblat¸maka tidak diperbolehkan satu sama lain untuk shalat berjamaah.

Ketika dinyatakan berjamaahnya tidak sah, maka konsekuensinya adalah tidak diperbolehkan bagi makmum bahkan membatalkan shalatnya jika mengikuti imam disertai menunggu yang lama tanpa melakukan apapun. Namun jika tidak mengikutinya atau mengikuti tanpa menunggu yang lama, maka shalatnya tetap sah dan terhitung sebagai shalat munfarid (sendirian).

Referensi:

Syamsul muniroh juz 1 : 342-343

احكام الجماعة: الكراهة كخلف مبتدع ومخالف في المذهب كحنفي

الى ان قال

و مع الكراهة لا تفوت فضيلة الجماعة وان كان الانفراد افضل كما في الكردي(فتح العلام)

Taqrirotus Sadidah : 291

الجماعة الكثيرة افضل من الجماعة القليلة الا في مسائل منها اذا كان امام الجماعة الكثيرة مخالفا للمذهب كحنفي

(و العمل علي خلافه لمصلحة وحدة المسلمين)

المجموع – (ج 4 / ص 288)

(فرع) في مسائل تتعلق بالباب (احداها) الاقتداء باصحاب المذاهب المخالفين بان يقتدى شافعي بحنفى أو مالكى لا يرى قراءة البسملة في الفاتحة ولا ايجاب التشهد الاخير والصلاة علي النبي صلى الله عليه وسلم ولا ترتيب الوضوء وشبه ذلك وضابطه أن تكون صلاة الامام صحيحة في اعتقاده دون اعتقاد المأموم أو عكسه لاختلافهما في الفروع فيه أربعة أوجه (احدها) الصحة مطلقا قاله القفال اعتبارا باعتقاد الامام (والثاني) لا يصح اقتداؤه مطلقا قاله أبو اسحق الاسفرايني لانه وان اتى بما نشترطه ونوجبه فلا يعتقد وجوبه فكأنه لم يأت به (والثالث) ان اتي بما نعتبره نحن لصحة الصلاة صح الاقتداء وان ترك شيئا منه أو شككنا في تركه لم يصح (والرابع) وهو الاصح وبه قال أبو اسحق المروزى والشيخ أبو حامد الاسفراينى والبندنيجى والقاضي أبى




Post a Comment

Lebih baru Lebih lama